KONGBENG – Ribuan babi piharaan warga di Desa Miau Baru, Kecamatan Kongbeng, Kabupaten Kutai Timur (Kutim) mati mendadak. Menurut salah satu peternak babi di Desa Miau Baru yang juga merupakan Sekretaris Camat Kongbeng, Petrus Ivung, bahwa kematian hewan-hewan peliharaan tersebut diduga terpapar virus Afrika.
Petrus Ivung menuturkan kronologis kematian mendadak babi milik warga itu, sejak tanggal 28 Agustus 2021 lalu, lebih dari 100 ekor yang mati. Atas laporan warga langsung ditanggapi secara cepat Pemerintah Kecamatan Kongbeng berkoordinasi dengan UPT Puskeswan Kecamatan Kongbeng dan Dinas Pertanian Kabupaten Kutim.
Kemudian, tanggal 30-31 Agustus 2021 Distan Kutim dan UPT Puskeswan Kecamatan Kongbeng langsung turun kelapangan untuk mengecek dan mengambil sampe untuk dicek dilaboraturium. Berdasarkan kesimpulan sementara, babi yang mati mendadak itu, diduga berasal dari Virus Afrika.
“Kalo benar, maka penyebaran ke hewan itu 100 persen. Bahkan sampai saat ini, berdasarkan laporan warga bahwa babi diseberang (kampung babi) sudah tidak ada lagi yang tersisa,” ungkap Petrus.
Lebih lanjut disampaikan Petrus, upaya yang dilakukan Pemerintah Desa Miau Baru dan Pemerintah Kecamatan Kongbeng adalah melakukan koordinasi dengan perusahaan sawit yang ada disekitar, seperti PT DSN Group untuk menggali tempat untuk mengubur babi yang telah mati itu. Sebelumnya warga bergotong royong menggali lubang untuk mengubur babi-babi yang mati tersebut.
“Atas kejadian ini, tentunya warga mengalami kerugian besar. Sebab, babi peliharaan itu biasa dijual per kilogramnya Rp 50.000. Rata-rata berat babi yang dijual berkisar 50 kg – 100 kg,” terang Petrus
Untuk itu, sambung Petrus, masyarakat Miau Baru berharap Pemerintah Kabupaten segera mengambil langkah-langkah dan tindakan khususnya dari Dinas Pertanian, Bidang Peternakan. Bagaimana caranya agar babi yang masih tersisa yang ada dalam kandang atau belakang rumah – rumah warga bisa diselamatkan. Sehingga bisa terhindar dari virus yang saat ini melanda.
“Karena masih ada babi yang dikandang di dalam kampung dan masih hidup sekitar 200 ekor. Segera ambil langkah jika memang harus vaksin, segera dilakukan. Disamping itu yang tak kalah penting, mohon segera pengadaan bibit untuk setiap KK. Karena masyarakat di Desa Miau Baru hampir semua KK memelihara babi,”tutup Petrus Ivung. (etam2)